Berbagai macam instrumen investasi baru bermunculan, tetapi pamor investasi emas masih tetap berkilau. Terbukti, si kuning mengkilat ini tetap menjadi incaran investor.
Jangan tanya sejak kapan emas menjadi menjadi sangat berharga. Konon
emas sudah menjadi alat tukar sejak zaman para nabi.
Pertumbuhan harga emas tak mengecewakan. Menyimak data Bloomberg, selama lima tahun terakhir, harga emas tumbuh 97,79% atau sekitar 19,56% per tahun. Investasi emas memang menggiurkan untuk investasi jangka panjang. Emas menjadi instrumen wajib dalam aset rumah tangga. Sebagai dana
darurat, emas bisa dikombinasikan dengan deposito dan tabungan.
Berikut beberapa strategi dan tips yang bisa Anda terapkan jika ingin berinvestasi emas.
1. Kapan waktu yang tepat
Meski tren lima tahunan mengalami kenaikan, sejak awal tahun sejatinya harga emas cenderung tiarap. Secara historikal, harga emas biasanya melorot jelang akhir tahun. Penyebabnya politis, yakni intervensi bank sentral beberapa negara. Namun, harga kemudian cenderung naik pada Agustus hingga September.
Lantas, bagaimana pendapat perencana keuangan tentang pemilihan waktu investasi? Tak ada waktu yang tak tepat untuk membeli emas.
Dengan kata lain, perencana keuangan ingin mengatakan bahwa setiap hari adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi, lebih menekankan pada konsep rutinitas dalam menabung emas untuk menumbuhkan kedisiplinan berinvestasi.
2. Memilih bentuk
Setidaknya ada tiga bentuk emas yang bisa dipilih untuk investasi, yakni emas batangan, emas koleksi, dan emas perhiasan. Mari kita bahas mulai dari emas batangan. Batangan di sini hanya istilah karena sejatinya ini merujuk pada emas murni yang tidak dibuat neko-neko bentuknya.
Ukuran yang biasa di pasaran beragam, mulai dari 1 gram hingga lebih dari 1 kilogram (kg). Hampir tidak ada minus dari emas bentuk ini. Sebab bentuknya standar, jadi ketika dijual kembali tidak akan terpotong ongkos pembuatan.
Semakin berat emas yang dibeli, risiko selisih harga beli dan jual makin sempit. Gozali mengatakan, emas berberat 100 gram ke atas memiliki selisih nilai beli dan jual 2% - 3%, sedangkan selisih beli- jual emas 50 gram hanya 5%. Jika Anda membeli emas berat 25 gram ke bawah, selisih nilai beli dan jual bisa sampai 10%.
Bentuk kedua, yakni emas koleksi. Emas koleksi bisa sengaja dibuat, misalnya dinar emas edisi terbatas atau emas hasil lelang yang diproduksi pada masa tertentu. Nilai emas ini tak sekadar harga emasnya, melainkan juga nilai subjektivitas di dalamnya. Tak semua keluarga cocok dengan investasi ini meski nilai yang ditawarkan bisa jauh menggiurkan di atas emas berberat sama.
Bentuk ketiga adalah emas perhiasan yang memiliki kelebihan karena bisa sekaligus digunakan. Namun, ketika dijual kembali, harga bisa melorot lumayan karena akan terpangkas biaya pembuatan.
3. Tunai atau mencicil
Anda ingin berinvestasi emas tapi duit yang ada tak sebanding jumlah emas yang ingin dibeli? Jangan patah arang, tawaran Perum Pegadaian mungkin bisa menjadi solusi. Perusahaan berlogo timbangan ini melayani pembelian emas fisik dengan cara mencicil berskema syariah akad murabahah atau jual-beli.
Layanan bertajuk Mulia tersebut melayani pembelian emas dari 5 gram hingga 1 kg dengan tenor mencicil maksimal 3 tahun. Untuk menikmati layanan ini Anda harus membayar uang muka 20% - 35%, tergantung berat emas yang dibeli dan tenor yang dipilih. Di samping itu, ada biaya administrasi Rp 50.000.
Karena menggunakan akad syariah, Perum Pegadaian tak memungut bunga melainkan ada bagi hasil yang mesti dibayar kepada Perum Pegadaian dengan besaran yang diketahui nasabah. Besarnya bisa sampai 3% dari nilai emas yang dibeli. Sisa uang muka yang dibayar akan dibagi rata selama tenor yang dipilih.
Skema yang ditawarkan Pegadaian cukup menarik. Namun, ada risiko jika terjadi gagal bayar dari pihak nasabah. Rencana memiliki emas bisa buyar, padahal orang tersebut sudah merogoh kocek untuk beberapa kali pencicilan. Karena itu, membeli secara tunai menurutnya lebih aman.
Beberapa tempat yang bisa dipilih seperti Logam Mulia dan toko emas, baik yang offline maupun yang online. Membeli emas di toko emas terkadang lebih menguntungkan ketimbang di Logam Mulia. Toko emas lebih efisien dalam hal produksi dan lebih dekat dengan konsumen. Toko emas biasanya banyak menerima penjualan emas dari konsumen langsung. Emas kemudian dilebur di Logam Mulia lalu dijual kembali. Sementara Logam Mulia memproduksi dari sejak di tambang lalu karyawannya juga banyak.
Namun, pada saat tertentu, harga jual di toko emas bisa lebih tinggi dibandingkan Logam Mulia. Hal ini terjadi ketika persedian di pasar menipis. Jadi, membandingkan harga layak Anda lakukan sebelum merealisasikan membawa pulang si kuning mengkilat.
4. Jangka panjang
Para perencana keuangan seragam mengatakan, emas sangat tepat untuk mendanai kebutuhan jangka panjang. Antara lain, kebutuhan pendidikan anak di masa depan, biaya haji, atau berlibur ke luar negeri. Maklum, nilai emas di seluruh dunia setara. Oleh sebab itu, lebih baik horison investasi emas Anda lebih dari tiga tahun demi meminimalisasi risiko fluktuasi harga. Dengan kata lain, jangan jual emas Anda untuk kebutuhan jangka pendek.
5. Layanan pesan antar
Para penjual emas memang belakangan ini memasang bergaram strategi demi memikat pembeli. Tengok terobosan baru PT Logam Mulia yang sejak Februari lalu menawarkan jasa pesan antar (delivery order).
Menurut Corporate Relations PT Logam Mulia Nusyahrini Dewi, program pesan antar timbul karena banyak permintaan dari konsumen luar Jakarta. Layanan ini berguna bagi mereka yang ingin membeli emas secara langsung dari Antam tapi terkendala jarak. Untuk urusan pengantaran, Logam Mulia menggandeng jasa pengiriman barang PT RPX One Stop Logistics dan PT G4S Cash Services.
Untuk memudahkan pembelian, beberapa toko emas kini juga melayani penjualan secara online. Namun, tidak semua situs penjualan emas online memiliki gerai fisik. Guna mengurangi risiko, jika ingin berbelanja online, Anda sebaiknya memilih toko emas online yang juga mempunyai gerai fisik, alamat dan riwayat bisnis yang jelas.
6. Dijadikan jaminan usaha
Tak mau ketinggalan, Perum Pegadaian menawarkan opsi menarik ketika masa mencicil emas berakhir. Jika tak ingin mengambil emas fisiknya, nasabah bisa menjaminkan emas tersebut lewat skema gadai syariah dengan akad ijarah atau titip barang.
Pegadaian bahkan memiliki program gadai syariah emas khusus bertajuk ARUM atau Anggaran untuk Usaha Mikro. Program ini bertujuan mencukupi modal usaha kecil, bisa meminjamkan dana hingga 95% dari nilai taksiran.
Soal menggadaikan emas, sejauh Anda tipikal investor yang rajin menyisihkan uang untuk membayar cicilan, layanan ini bisa dicoba. Namun sebaliknya, kalau Anda merasa termasuk orang yang susah untuk rutin membayar cicilan maka sebaiknya jangan melakukan gadai karena hal ini tak berbeda dengan berutang.
Adapun, soal penyimpanan emas fisik, safe deposit box di bank bisa jadi pilihan penyimpanan emas Anda. Ongkosnya relatif terjangkau, sekitar Rp 500.000 per tahun. Cuma, kadang Anda harus mengantre untuk mendapat fasilitas ini.
Nah, sekarang, selamat mengatur strategi investasi emas!
Sabtu, 19 Januari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar